A. LATAR BELAKANG
Menghadapi abad 21, permasalahan
yang dihadapi generasi kita semakin kompleks. Oleh karena itu, pelajar kita
saat ini butuh berbagai keterampilan agar dapat menghadapi berbagai tantangan
hidup di abad 21. Selain kompetensi global yang harus dimiliki, tidak kalah
penting yang harus ditanamkan adalah pendidikan karakter.
Pelajar Indonesia diharapkan
menjadi pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan karakter
yang sesuai dengan nilai pancasila. Untuk mencapai hal tersebut, dibuatlah
suatu pedoman/panduan yang disebut dengan profil pelajar pancasila.
Untuk menjadikan pelajar Indonesia yang
berprofil pancasila, maka salah satu cara yang dilakukan adalah membangun
budaya positif di sekolah. Sekolah merupakan tempat belajar sekaligus sebagai
institusi pembentukan karakter.
Sebagai
institusi pembentukan karakter, sekolah harus berbenah dengan cara melakukan
peninjauan kembali terhadap kurikulum agar lebih mengedepankan pembentukan
karakter, kepala sekolah harus berperan aktif dalam membuat kebijakan, aturan
dan kegiatan yang mendukung penanaman karakter kepada murid.
Pembangunan budaya positif di
sekolah sebagai salah satu upaya pembentukan karakter. Yang dimaksud dengan budaya positif di sekolah ialah
nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang
berpihak pada murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis,
penuh hormat dan bertanggung jawab. Dalam mewujudkan budaya positif ini, guru
memegang peranan sentral. Guru perlu memahami posisi apa yang tepat untuk dapat
mewujudkan budaya positif baik lingkup kelas maupun sekolah. Selain itu,
pemahaman akan disiplin positif juga diperlukan karena sebagai pamong, guru
diharapkan dapat menuntun murid untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab.
Oleh karena itu, selanjutnya, Anda akan mempelajari dua konsep yaitu posisi
kontrol guru dan disiplin positif yang menjadi landasan dari budaya positif.
Dalam menumbuhkan disiplin pada diri murid secara
intrinstik, guru perlu berperan pada posisi kontrol manajer yang bertanya dan
membuat kesepakatan kelas bila murid melakukan kesalahan atau pelanggaran, Anak
diberi kebebasan, namun perlu diberi tuntunan dan arahan agar anak tidak
kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Oleh karena itu, pada kesehariannya,
pamong juga berperan sebagai pengontrol untuk mengingatkan murid jika berada
dalam bahaya. Pada kesempatan lain, guru juga dapat berperan sebagai teman
ketika berinteraksi agar dapat memahami murid dan membangun kedekatan.
Upaya dalam membangun budaya positif di sekolah
yang berpihak pada murid diawali dengan membentuk lingkungan kelas yang
mendukung terciptanya budaya positif, yaitu dengan menyusun kesepakatan kelas.
Kesepakatan kelas yang efektif dapat membantu dalam pembentukan budaya disiplin
positif di kelas. Hal ini juga dapat membantu proses belajar mengajar
yang lebih mudah dan tidak menekan. Seringkali permasalahan dengan murid
berkaitan dengan komunikasi antara murid dengan guru, terutama ketika murid
melanggar suatu aturan dengan alasan tidak mengetahui adanya aturan tersebut.
Kurang adanya komunikasi ini menyebabkan relasi murid dan guru menjadi kurang
baik.
B. DESKRIPSI AKSI NYATA
Aksi nyata yang akan dilakukan
adalah membuat kesepakatan kelas sebagai langkah awal dalam membangun budaya
positif di sekolah. Berhubung pembelajaran masih dilaksanakan secara daring,
maka pembuatan kesepakatan kelas dilakukan melalui video coference menggunakan google
meet.
Guru memandu siswa dalam membuat kesepakatan kelas dengan memberikan pertanyaan terkait dengan pembelajaran daring yang diharapkan. Dari penyampaian murid tentang kelas daring harapannya, guru kemudian memandu murid dalam membuat kesepakatan kelas. Setelah kesepakatan kelas dibuat, selanjutnya adalah meminta murid merumuskan konsekuensi yang tepat jika melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan yang telah dibuat.
C. HASIL
DARI AKSI NYATA
Aksi nyata yang dilakukan
memberikan perubahan positif terhadap keterlibatan murid dalam pembelajaran. Murid
menjadi lebih aktif dan disiplin mengikuti pembelajaran daring karena mereka
merasa bertanggungjawab terhadap kesepakatan yang telah dibuat.
Adanya kesepakatan kelas juga membuat murid senang mengikuti pembelajaran karena mereka merasa apa yang diinginkan dan diharapkan dalam pembelajaran daring terpenuhi. Mereka merasa guru mau mendengarkan dan memfasilitasi keinginannya sehingga hubungan emosional antara guru dan murid menjadi lebih dekat. Guru lebih nyaman mengajar karena murid bersikap terbuka dan murid pun senang belajar karena merasa diperhatikan oleh gurunya.
D. PEMBELAJARAN YANG DIPEROLEH DARI AKSI
NYATA YANG DILAKUKAN
Selama ini, pembelajaran daring
yang dilakukan terkesan seadanya dan sepenuhnya sesuai keinginan guru tanpa
mempertimbangkan kehendak murid. Mungkin karena itu, antusiasme siswa dalam
mengikuti pembelajaran sangat rendah.
Oleh karena itu dalam pembuatan dan pelaksanaan kesepakatan kelas ini, banyak pembelajaran yang diperoleh diantaranya yaitu bahwa sebagai guru, kita tidak boleh egois dan harus mau mendengarkan harapan dan keinginan murid agar mereka merasa diperhatikan. Proses pembelajaran yang sesuai dengan keinginan murid akan membuat mereka merasa senang mengikuti pembelajaran sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan motivasi belajar mereka.
E. RENCANA PERBAIKAN UNTUK MASA YANG
AKAN DATANG
Semoga pandemi Covid-19 segera beakhir
dan pembelajaran tatap muka bisa kembali dilaksanakan. Insya Allah jika
pembelajaran dilakukan secara tatap muka, penumbuhan budaya positif dengan
membuat kesepakatan kelas akan memberikan hasil yang lebih maksimal karena
interaksi guru dan murid lebih baik dibandingkan jika pembelajaran dilakukan
secara daring.
F. DOKUMENTASI PROSES DAN HASIL AKSI
NYATA
Konsekuensi jika melakukan pelanggaran kesepakatan kelas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar