Kamis, 26 Agustus 2021

Pembelajaran Berdiferensiasi, Pembelajaran Sosial Emosional dan Teknik Coaching


Menurut Ki Hajar Dewantara, tujuan pendidikan yaitu menuntun tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. Jadi pada intinya semua hal yang dilakukan dalam pendidikan adalah berorientasi pada siswa. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, maka kita harus mampu menciptakan lingkungan belajar yang berpusat pada murid.

Penerapkan pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran social emosional dan penerapan praktek coaching merupakan upaya yang dilakukan dalam rangka menciptakan pembelajaran yang berpusat pada murid dalam rangka mewujudkan merdeka belajar.


Pembelajaran Berdiferensiasi adalah upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan proses pembelajatran di kelas dalam rangka memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Upaya yang dimaksud yaitu :

  1. Menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar 
  2. Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas
  3. Penilaian berkelanjutan
  4. Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar murid
  5. Manajemen kelas yang efektif 

Pembelajaran berdiferensiasi didasarkan pada kebutuhan belajar murid sehingga mereka akan merasa diperhatikan, kebutuhan belajarnya terpenuhi dan pada akhirnya menumbuhkan minat mereka untuk belajar.






 Pembelajaran Sosial Emosional berisi keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan anak untuk dapat bertahan dalam masalah sekaligus memiliki kemampuan memecahkannya, juga untuk mengajarkan mereka menjadi orang yang baik. PSE mencoba untuk memberikan keseimbangan pada individu dan mengembangkan kompetensi personal yang dibutuhkan untuk dapat menjadi sukses. Bagaimana kita sebagai pendidik dapat menggabungkan itu semua dalam pembelajaran sehingga anak-anak dapat belajar menempatkan diri secara efektif dalam konteks lingkungan dan dunia.

 Pembelajaran social emosional dapat  membantu membentuk bagaimana siswa memahami diri mereka sendiri dan orang lain. Dengan demikian kita berbicara tentang anak secara utuh. Apakah anak kita memiliki kesadaran diri, apakah mereka memiliki pemahaman kesadaran sosial, apakah mereka mampu mengambil keputusan yang baik dan bertanggung jawab. Baru setelah itu, kita membahas mengenai konteks akademis dan semua keterampilan penting yang kita butuhkan untuk dapat berhasil dalam hidup. Anak belajar saat hati mereka terbuka, terhubung dengan lingkungan sekitar serta adanya tujuan.




Coaching merupakan suatu kegiatan komunikasi antara dua orang yaitu antara coach dan coachee, dimana coach menstimulasi pemikiran, menggali dan memberdayakan potensi yang ada pada coachee sehingga dapat menemukan solusi untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

Sesuai dengan tujuan pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara yaitu menuntun tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya, maka seorang pendidik sebagai Coach harus mampu menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia.

Dalam konteks pendidikan saat ini, dimana kita harus menerapkan merdeka belajar dalam pembelajaran, maka coaching sangat cocok digunakan sebagai salah satu proses menuntun kemerdekaan belajar tersebut.



Sebagai kesimpulan, Mari kita wujudkan merdeka belajar dengan menciptakan lingkungan belajar dan pembelajaran yang berpusat pada murid. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran diferensiasi, pembelajaran social emosional dan teknik coaching. Penerapan pembelajaran berdiferensiasi dapat membuat murid merasa kebutuhan belajarnya terpenuhi dan berdampak pada peningkatan minat belajar. Pembelajaran social emosional membuat murid memiliki kompetensi kesadaran diri, kemampuan manajemen diri/mengelola emosi, keterampilan berempati, resilien (kemampuan memellihara hubungan baik) serta memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan yang bertanggungjawab. Murid yang menguasai kompetensi social emosional akan menjadi pribadi yang tangguh dalam menghadapi masalah apapun.

Untuk memastikan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran social emosional berjalan dengan baik, maka pendidik harus memiliki keterampilan coaching yang bertujuan untuk membantu menggali potensi yang ada pada murid agar mereka dapat menemukan solusi dari masalah yang dihadapi dalam pembelajaran sehingga murid merdeka dalam belajar, mampu mengeksplorasi diri dan memaksimalkan potensi yang dimilikinya.


Gowa, 27 Agustus 2021

Minggu, 08 Agustus 2021

KONEKSI ANTAR MATERI_PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

 A.    PENTINGNYA PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

 

Menurut Tomlinson (2000), pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk menyelesaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Dengan pembelajaran berdiferensiasi, murid tidak hanya akan dapat memaksimalkan potensi mereka tapi juga akan banyak belajar tentang nilai kehidupan  penting seperti indahnya perbedaan, saling menghargai, kemerdekaan belajar dan berbagai nilai penting lainnya.

 Adapun ciri pembelajaran berdiferensiasi yaitu :

1.      Lingkungan belajar yang mengundang murid untuk belajar

2.      Tujuan pembelajaran yang  didefenisikan secara jelas

3.      Penilaian Keberlanjutan

4.      Merespon Kebutuhan Belajar Murid

5.      Manajemen Kelas yang Efektif

 

B.    PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI, KEBUTUHAN BELAJAR DAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR

 

Dalam pembelajaran berdiferensiasi, yang paling ditekankan adalah kebutuhan belajar murid. Setiap murid memiliki karakteristik sendiri. Mereka berbeda dalam hal minat, kecerdasaran, tingkat ekonomi dan satatus social dan hal ini sangat berpengaruh pada gaya belajar dan kebutuhan belajar murid. Oleh karena itu, seorang pendidik harusnya tidak memberikan perlakuan yang sama kepada murid tapi memperlakukan mereka sesuai kebutuhan belajarnya.

Ada 3 kategori kebutuhan belajar yaitu kebutuhan belajar berdasarkan kesiapan belajar, kebutuhan belajar berdasarkan minat dan kebutuhan belajar berdasarkan profil belajar. Dari 3 kategori  ini, kita kemudian menyusun pemetaaan kebutuhan belajar anak, dimana anak dengan kebutuhan belajar yang sama akan digabung dalam satu kelompok sehingga guru bisa memberikan perlakuan berbeda kepada setiap kelompok .  

Pembelajaran diferensiasi yang mengakomodasi kebutuhan belajar siswa, akan menciptakan lingkungan belajar yang positif sehingga murid belajar dengan rasa aman, guru mengajar untuk mencapai kesuksesan, guru dan siswa berkolaborasi untuk pertumbuhan dan kesuksesan bersama.  Lingkungan belajar yang seperti ini akan memberikan dampak positif  terhadap peningkatan hasil belajar siswa                                                                                                             

C.    KAITAN MATERI ANTAR MODUL

 

Ki Hadjar Dewantara mengatakan bahwa pendidikan itu menuntun kodrat yang ada pada anak, menumbuhkan pekerti , bermain dan berhamba pada anak. Jadi pada intinya pemikiran Ki Hajar Dewantara menekankan pada pendidikan yang berpusat pada anak. Oleh karena itu, kita sebagai pendidik harus mampu membuat murid belajar dengan rasa merdeka.

 


Semangat Merdeka Belajar yang sedang dicanangkan ini juga memperkuat tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, dimana Pendidikan diselenggarakan agar setiap individu dapat menjadi manusia yang “beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Kedua semangat ini yang kemudian memunculkan sebuah pedoman, sebuah penunjuk arah yang konsisten, dalam pendidikan di Indonesia. Pedoman tersebut adalah Profil Pelajar Pancasila. Pelajar pancasila diharapkan menjadi pelajar sepanjang hayat yang berkompetensi global dan berperilaku sesuai nilai pancasila.


Agar siswa dapat berperilaku sesuai dengan nilai pancasila maka langkah pertama yang dilakukan adalah menjadikan sekolah sebagai lembaga pembentukan karakter. Untuk itu, sekolah harus berupaya menumbuhkan budaya positif di sekolah.

Upaya dalam membangun budaya positif di sekolah yang berpihak pada murid diawali dengan membentuk lingkungan kelas yang mendukung terciptanya budaya positif, yaitu dengan menyusun kesepakatan kelas. Kesepakatan kelas yang efektif dapat membantu dalam pembentukan budaya disiplin positif  di kelas. Hal ini juga dapat membantu proses belajar mengajar yang lebih mudah dan tidak menekan



Dengan adanya kesepakatan kelas yang diharapkan dapat menumbuhkan disiplin positif murid serta pembelajaran berdiferensiasi yang mengakomodasi kebutuhan belajar murid (kesiapan murid, minat belajar dan profil belajar) diharapkan murid dapat merasakan merdeka belajar, pembelajaran yang menyenangkan hingga pada akhirnya mengarah pada peningkatan hasil belajar murid.





Berbagi Aksi Nyata

 Rencana Aksi Nyata paket modul 3.3 Aksi Nyata modul 3.3